~indana~

Kamis, 09 Mei 2013

A Road in The Sky

This is Nasreddin's story, hope you enjy it ^^
(adapted from my favorite book)

There were four children who always tried to find ways to play a trick on Nasreddin, but they always failed. That after noon they wanted to try again. They knew that usually Nasreddin went by the road at about four o'clock. So by that time they had been there waiting for Nasreddin. When they heard the sound of the doney's hoofs coming nearer, the boys started distributing the duties among them.
Mahmoud quickly climbed the tree beside them, with a kite hung on his left shoulder. "There! just put it there, he's quite near!" said one of his friends beneath him. Then Mahmoud tied up his kite to the branch nearest to his right hand. After that he quickly climbed down.
"Uncle Nasreddin. We need your help. We have a trouble now. If you can't help us, we will not go home for several days," Jemal said. "He wants that kite, Uncle Nasreddin. If we din't take it to him, his father will beat us all," said Mustapha. "Wait, wait, young boys. Tell me first what the problem is. After that I will think wether I can help you or not," said Nasreddin.
Jemal explained, "This morning we borrowed Nouri's kite. We could fly it high into the sky. But unfortunaely  the rough wind drove it down. And it is entangled in the branches over there." Nasreddin look up. A kite was entangled in the thick branches of the tree. He said, "Just climb up and take it,"-"We can not clomb, Uncle Nasreddin. Help us please. Take the kite for us, please," Mustapha insisted.
Nasreddin was sorry for them and prepared to climb. He took off his shoes. But the same time he heard one of the boys giggled and whispered something. He did not hear it clearly, he heard only the words "the shoes". This made him suspicious. He thought that the children would play a atrick on him again.
"Come on, Uncle Nasreddin!" said one of them. Naasreddin took his shoes and inserted the into the big pocket of his old baggy teouser. "But, people usually don't bring their shoes when they climb a tree, Uncle Nasreddin!" shouted two of them. Nasreddin looked down and smiled, "I'm ready in case there is a road in the sky."

Selasa, 07 Mei 2013

The Difference Between A Donkey and A Wife

Cerita ini saya ambil dari buku yang saya suka baca, emh... this is spoof text, enjoy it ^^

Early in the morning nasreddin went to the backyard to take his donkey. He wanted to go to the market as early as possible so that he could sell a lot of wheat. To his surprise, the donkey was not in the stall. He run to his nearest neighbours to asked if they saw his donkey. But none had seen it. soon the people in the neighbourhood heard the news. They helped Nasreddin look for the donkey. They searched the entire garden and the nearest wood and hills. But they couldn't find it. There was only one hill left to search. They all went to the hill.
A man who walkked beside Nasreddin asked him, "Nasreddin, all of our neighbours have failed to find your donkey. But why do you look relaxed. Don't you worry at all?"-"So?"-"You shuld realize that you may not find your only donkey." Nasreddin answered calmly, "Do you see the hill we are going to? Nobody had gone there to look for my donkey. We'll go there and find it. if there is no donkey there, then I'll worry."
They arrived at the hill. The whole group searched for the lost donkey here and there but they couldn't find it. Nasreddin  sat down under the tree alone. He lokked far away, thinking something. The man who had talked to him before came and sat beside him. "Well, Nasreddin. I know you lose your only donkey. Life may be difficult without it. But, don't be too sad, brother," the man tried to cheer him up. "Do I look sad?"-"Ye, you look very sad. You looked much sadder than you did when your wife died." Nasreddin looked at his friend. "if only you remembered the day when my wife died, you would know the answer."-"I do, I remember the we, yur friends, helped you and accompanied you just like we do now."-"No, it's much different. At thet time you all tried to cheer me up by saying, 'Don't be sad our friend Nasreddin. We'll get you a new wife.' But now you see, nobody offers me any donkey to replace my lost one."

Kamis, 10 Januari 2013

Masa Depanku

“do you hear me? I’m talking to you...(Jason Mraz-lucky)” suara alaram yang latiefah atur tepat pukul 02.30 dini hari. Itulah dia Latiefah Sari Firdausi, nama yang cantik dan memiliki arti yang cantik pula, Latiefah = lembut, Sari = jalan dan Firdausi = Surga Firdaus (Surga yang paling istimewa) jadi arti dari namanya adalah “kelembutan yang akan menuntunnya menuju jalan ke Surga Firdaus”. Nama yang sangat  cantik, secantik ahklak dan parasnya. Latiefah adalah gadis yang tinggal di sebuah desa dekat perkebunan. Dia tinggal bersama keluarga kecilnya, Pak Yusuf adalah ayahnya beliau bekerja di perkebunan tersebut di bidang tata usaha. Bunda Khadijah adalah seorang wanita yang sangat Latiefah sayangi dan kagumi, karena Bunda Khadijah sangat cantik, penuh perhatian dan yang pasti masakan beliau heem... lezat, Bunda Khadijah juga pintar yah... meskipun beliau tidak menyelesaikan kuliahnya sampai akhir, tapi beliau dapat mengantar Latiefah dan kedua saudarinya memahami agama dan menjalani kehidupan dalam masyarakat dengan baik. Latiefah merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakaknya bernama Oryza Sativa, namanya bermakna seperti padi “semakin berisi semakin merunduk”. Dan adiknya Nur Latisha Jamilah yang berarti “cahayanya Latisha yang cantik”.
Dalam keluarga yang dipimpin oleh Pak Yusuf ini agama adalah hal yang paling penting dalam hidup, karena tanpa Alloh SWT. dunia dan seisinya tak akan ada dan tak dapat berjalan dengan baik, tanpa agama pula seluruh mahkluk akan bingung kepada siapa mereka harus berpegangan dan berserah diri karena tak akan mungkin mereka menggantungkan diri kepada manusia lainnya. Itulah prinsip yang di terapkan Pak Yusuf dalam keluarga kecilnya. Hal penting setelah agama adalah pendidikan, karena jika kita berpendidikan dan menjadi pintar maka kita tidak akan diperbudak oleh dunia ini. Pak yusuf menjadikan 2 hal ini penting bagi keluarga dan dirinya sendiri, karena dengan memiliki dasar agama yang kuat  juga ilmu yang banyak dan bermanfaat, keluarganya terutama anak-anaknya insyaAlloh akan menjadi anak-anak yang sukses di dunia dan di akhirat kelak.
Sekarang Latiefah adalah seorang siswi di sebuah SMA dekat rumahnya, di sana dia bertemu dengan banyak teman dengan berbagai karakter yang berbeda dan ada yang berbeda agama pula. Di sana Latiefah memiliki 2 best friend yang selalu bersamanya mulai dari kelas X sampai di kelas XII mereka adalah Ecy dan Wilujeng, juga satu best friend lagi Pipit namanya, kalau Pipit baru jadi best friend mereka saat di kelas XI, karena dulu saat kelas X dia di X-7 sedangkan Latiefah, Wilujeng dan Ecy di kelas X-4. Mereka berempat memiliki tujuan yang sama setelah lulus dari SMA yaitu menjadi seorang mahasiswi di Perguruan Tinggi pilihan mereka masing-masing. Wilujeng dia ingin menjadi seorang mahasiwi di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, Pipit dia ingin kuliah di Universitas Negeri Jember, emh... kalau Ecy ingin menjadi seorang bidan jadi dia akan kuliah di AKBID. Jika Latiefah sendiri, dia ingin menjadi seorang mahasiswi jurusan Biologi di Institut Pertanian Bogor, suatu Perguruan Tinggi yang sangat dia dambakan dan inginkan, keluarganya pun merestui jika dia kuliah disana.
Sungguh Latiefah sangat gembira saat dia mengetahui bahwa dirinya berada dalam peringkat 5 besar pada semester ke-4 dan berada dalam peringkat 15 besar paralel sekolah bagi siswa jurusan IPA yang mendapat kesempatan untuk masuk diperguruan tinggi melalui SNMPTN undangan, bidik misi atau jalur lain masuk ke Perguruan Tinggi. Di semester ke-5 Latiefah lebih banyak bersedih karena pada semester ini terjadi penurunan nilai yang sangat menyakitkan baginya. “Latiefah”, guru biologi memanggilnya untuk menyerahkan hasil ulangannya, speachless (Latiefah mendapat 61 pada ulangan pertamanya di semester 5 L). Beberapa saat kemudian, “Latiefah, semangat ya J” nasehat guru biologinya saat pembagian hasil ulangan ke-2, (Latiefah mendapat nilai 72) “alahamdulillah dapat 7, ndak dapat 6 lagi” ucapan syukur dalam hatinya. Beberapa minggu kemudian Latiefah berhasil mendapat nilai 8 dalam ulangan biologinya.
“besok try out, harus belajar extra nih”, Latiefah pun belajar dengan serius. (“Latiefah Sari Firdausi, selamat putri ibu berada di peringkat 3 besar dalam semester 5 ini” ucapan selamat dari wali kelasnya kepada bundanya, hanya rasa syukur dan kegembiraan yang Latiefah rasakan pada saat itu. “ujian praktek, UAS I’m coming” seru Latiefah dengan semangat, alhamdulillah tidak ada angka 6 dalam ujian praktek dan UAS Latiefah. 15 April pun datang, “bismillahirrohmanirrohim, mudahkan saya hari ini ya Alloh...amin” do’a Latiefah dalam hatinya sekaligus menenangkan pikirannya juga. “1..2..3.. siap, 4 sahabat itu berpouse secantik mungkin di hari perpisahan bagi kelas XII di SMAnya. “alhamdulillah nilai UNku memuaskan” ucap syukur Latiefah dalam hati, 4 sahabat itu lulus dengan nilai baik. Latiefah pun dapat mewujudkan keinginannya menjadi mahasiswi Biologi di IPB). “do you hear me? I’m talking to you...” suara alaram membangunkan Latiefah dari mimpi indahnya, dia tersenyum dan memohon kepada Alloh SWT. agar mimpi indah itu bisa benar-benar menjadi miliknya kelak.
 


Jumat, 09 November 2012

PERJUANGAN

Mereka melawan, Mereka berjuang
Demi kejayaan bangsa
Demi harkat dan martabat bangsa
Demi keharuman nama bangsa

Mereka melawan, Mereka berjuang
Berkobar semangat dalam hati
Hingga seluruh keringat terkuras habis
Tumpah darah tak dapat dibendung

Mereka melawan, Mereka berjuang
Mengharapkan kemerdekaan
Tak kenal lelah, tak kenal mundur
Membangun jembatan emas

Sungguh agung perjuanganmu
Sungguh berarti perjuanganmu
Sungguh berani perjuanganmu
Wahai pahlawan bangsaku